Jihad dan Sayang Di Perbatasan Oleh Samsudin M.Ag

Susah payah berusaha dengan mengerahkan kekuatan harta, tenaga, jiwa dan raga ketika berjalan lurus menuju Tuhan, itulah namanya jihad. Berjalan menuju Tuhan dipenuhi perjalanan yang berkelok, kadang  naik kadang turun, penuh duri dan kerikil tajam yang mengancam.

Jika Anda sebagai manusia yang hendak berjihad, maka harus di perhatikan ketiga unsur pokok yang ada pada diri:

1.    Ruh yang pertama kali diciptakan, senantiasa berhubungan langsung dengan Tuhan.
2.    Akal yang memiliki potensi dan cara pencarian jalan menuju Tuhan.
3.    Jasad sebagai ciri bahwa ini nyata sebagai manusia hamba Tuhan.

Ketiga unsur ini harus disatukan dalam sebuah kekuatan penuh untuk jihad dan memerangi apapun yang mengganggu terhadap persatuannya. Satu diantara tiga unsur tersebut tidak boleh terpisah, karena keterpisahannya merupakan tanda sebuah kehancuran.

Strategi perang pun harus profesional, tempatkan pasukan kita sesuai dengan fungsinya, di antaranya :

1.    Pasukan Ruh dikhususkan menghadapi ruh musuh (keyakinan, nafsu mental, moral, patriotisme, nasionalisme,rasisme, primordialisme, radikalisme, dsb.)
2.    Pasukan Akal diposisikan untuk menghadapi akal musuh (cerdik-pandai, taktik, strategik, kelicikan-tipu daya, dsb).
3.    Pasukan Jasad disiapkan untuk menghadapi fisik musuh (persenjataan-alat perang, kesehatan, kekuatan, kebugaran, kesejahteraan, dsb).

Zaman sekarang kebanyakan manusia mimpi, mimpi yang katanya disiang bolong'. Baru mengaku memiliki satu di antara tiga poin penting di atas, sudah berkoar-koar bahwa dirinya sebagai pasukan perang yang gagah berani siap menggilas musuh dalam sekejap.

Hai....para mujahidin...!
"Jagalah dirimu dan keluargamu dari kehancuran". Membekali diri dengan ketiga kekuatan di atas merupakan hal yang paling penting. Setelah Anda memilikinya, barulah bekali keluargamu hal tersebut dengan penuh kasih sayang dan ke-istiqomah-an.

Dengan demikian, Anda dikatakan sebagai mujahidin atau sedang jihad fi sabilillah, jika Anda berusaha maksimal dengan segala daya dan upaya untuk memiliki tiga kekuatan yang gagah berani siap bergerak untuk bertahan maupun menggempur musuh tiap saat di mana-pun dan kapan-pun.

Nabi dan juga Rasul Allah telah memperingatkan jauh jauh hari sebelum kita lahir pada ribuan tahun yang lalu. Bahwa perang kecil sudah berakhir dan tidak akan ada lagi, yang ada sekarang ke depan adalah perang besar.

Perang kecil adalah masa membangun Islam dan Kemanusiaan. Kenapa disebut kecil, karena perang tempo dulu di awal Islam datang, dibantu oleh Allah dan balad tentaraNya, dipimpin oleh Rasul dan Nabi para kekasih Allah yang membawahi pasukan berani mati untuk perdamaian dan kemaslahatan. Sedangkan sekarang merupakan perang besar, perang yang musuhnya adalah nafsu sendiri, akal sendiri dan hasrat serta keinginan diri sendiri.

Rasul Allah mengabarkan "aku bangga terhadap umatku diakhir zaman, ketika hidup jauh dari zamanku, tetapi masih tetap berada di jalanku, yaitu berpegang teguh pada kitabullah, sunah rasulullah dan ajaran ulama shaleh sebagai pewarisnya". Padahal umatku diakhir zaman jumlahnya banyak, namun hampa tidak memiliki kekuatan Ruh, Akal dan Jasad yang sempurna seperti di zamanku.

Wahai...Sahabatku...
Jihad dan perang saat ini adalah perang di perbatasan, perbatasan antara ke-iman-nan, ke-cerdas-an dan ke-sehat-an (Kesehatan Ruh-Akal dan Badan). Satukanlah Ruh Anda, Akal Anda, dan Badan Anda menjadi satu kesatuan yang utuh dan sempurna  untuk belajar, berjuang dan bertaqwa kepada Allah yang Maha Kuasa, karena tidak ada daya dan kekuatan melainkan hanya milik-Nya.

Meminta pertolonganlah kepada Allah dengan shalat dan shabar, itu lebih baik daripada merasa diri paling shaleh, paling cerdas dan paling kuat. Karena perasaan belum tentu sesuai dengan kenyataan.

Semoga Dilindungi, Diberkahi Disertai Nikmat- Nya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Pesantren Anak Jalanan At-TamuR (Pesantren Anak Adam Jalan Menuju Tuhan)

"Panggil Saja Aku INDONESIA!" oleh Rezi Fauzi Rahman

Budaya Mengaji Selepas Maghrib oleh Agus Muhaemin