Sebatang Rokok Oleh Parid Maulana

Pagi yang indah, Ilham menatap mentari dengan tatapan yang kosong. Seutas tali terlihat berguntaian di dahan pohon yang sebentar lagi tumbang. Ketika hendak beranjak dari sebuah warung kopi di kampungnya, ia baru tersadar bahwa; ia ternyata sudah lama tidak bekerja seperti tahun-tahun sebelimnya. Dilihatnya sebuah burung yang pergi di pagi hari dengan penuh harapan, bahwa; hari ini aka lebih baik dari hari esok. Tanpa di sadari olehnya tersadar akan indahnya hidup ini yang tak selalu harus di isi dengan “materi”.

Ketika ia teringat moment indahnya  duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Tiba-tiba ia inginkan sesuatu yang tak layak bagi  seosok burung yang sudah tak sendiri. Ia pum beranjak pergi dari warkop tersebut dengan tangan dan langkah kosong tanpa tujuan.Tiba di sebuah perkampungan, ia bertemu dengan seorang yang terkenal kaya. Namun, ternyata eh ternyata dia itu begini Lho!..

Bisa di katakan bahwa Ilham itu orang yang sulit di bidang finansial, alias miskin. Singkat cerita ia meminta sebuah saran materi. Dilihatnyanada seorang yang menurut perspektif ia, orang itu pasti kaya dan orang itu juga pasti dermawan. Harapan yang tercermin di benak Ilham hampir sama sanagt identik dengan Tunasku, dimana ia lebih ingin di siram dari pada ia mencari zat ke dalam dalam tanah sendiri.

Singkat cerita iapun berpace to pace, dengan nada yang pasti ia berujar. “Tuan bisa tolong saya!” katanya  “saya belum merokok dari kemarin. Bisa minta rokoknya ngak!”

(Dalam hatinya si kaya, bergumam penuh dengan keheranan). Aneh  banget ni orang, bukannya minta duit atau makanan malah minta rokok. 

“Gak punya rokok! Lagian duit buat beli rokok juga ada di Bank semuanya” 
“kalo begitu setengah batang aja tuan”
“sama setengah batang juga gua gak bawa! Rokoknya ada di rumah”
“Kalau begitu makanan aja deh, pasti makanan  tuan bawa!”
“Wah! Gua juga belom makan, baru lontong satu ama tahu gopean dua biji”.

Tiba-tiba ia menyeret tuan tadi.
“Kalau begitu, ayo! ikut saya!”
“ mau di bawa kemana saya!” Tolong! Tolong! sambil diseret dengan penuh kekesalan. “polisi tolong saya…?  ini ada orang jahat”.
“ ayo… aayoo, kita cari duit buat makan ama ngerokok!”  


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Pesantren Anak Jalanan At-TamuR (Pesantren Anak Adam Jalan Menuju Tuhan)

"Panggil Saja Aku INDONESIA!" oleh Rezi Fauzi Rahman