Perebutan Kekuasaan Faktor Utama Keruntuhan Oleh : Andri Nurjaman

Kekuasaan memang selalu menjadi bahan rebutan, karena mungkin dengan kekuasaan bisa menghasilkan kebahagian, oleh karena itu banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memiliki kekuasaan itu, tak jarang orang sering saling sikut bahkan saling pukul sampai tumpahnya darah demi kekuasaan walaupun itu dengan saudaranya sendiri.

Ibnu hajar pernah berkata, “Siapa yang mencari keuasaan dengan begitu tamaknya, maka ia tidak di tolong oleh Allah”. (Fathul Bari, 13: 124)

Potret seperti ini sungguh sangat ironis, mereka sibuk dengan kekuasaan tapi tidak memperdulikan rakyat nya. Para pemimpin yang seperti ini jauh sekali dari harapan rakyat, lantas bagaimana harapan rakyat bagi para pemimpinnya ?, diantaranya yaitu bahwa rakyat mengharapkan pemimpin yang peka dan cinta terhadap rakyatnya, hidup yang sederhana tidak bermewah-mewahan, dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan kepada rakyatnya yang bagus dan tidak menyakiti hati rakyatnya serta cakap dalam memimpin yang ketika ada masalah bisa diselesaikan dengan baik. Jika sudah terwujud pemimpin yang seperti itu maka rakyat wajib patuh kepada pemimpinnya dan pemimpinnya wajib mencintai rakyatnya, maka akan timbul keharmonisan antara pemimpin dan rakyat, inilah yang kita harapkan.

Dan kelak para pemimpin akan ditanya menegenai kepemimpinannya, Ibnu Umar R.A berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya, seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminyaakan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya, bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya perihal yang dipimpinnya, dan kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungjawaban) dari hal yang dipimpinnya. (Bukhari,Muslim)

Jadi, ingatlah wahai para pemimpin, jangan sia-siakan kepercayaan rakyat terhadap kalian, jangan dustakan amanah Allah yang telah dikaruniakan kepada kalian, berbuat baiklah kalian khususnya terhadap rakyat, jangan sakiti mereka dengan kebijakan-kebijakan kalian, fokuslah terhadap rakyat jangan haus akan kekuasaan, karena semakin tinggi engkau berkuasa semakin banyak pertanyaan dari Allah kepada kalian kelak untuk dipertanggungjawabkan.

Allah berkata dalam kitab suci Al-quran : “wal tandzur nafsun maa qaddamat lighad” artinya perhatikan sejarahmu, untuk masa depan mu. Benar sekali bahwa mempelajari sejarah itu agar kita bisa mengambil ibroh dari setiap kejadian untuk masa depan yang lebih baik. Contoh sejarah dinasti bani Buwaih, dinasti ini di rintis oleh 3 putra dari abu syuja’ yaitu Ali, Hasan dan Ahmad yang berhasil mendirikan dinasti bani Buwaih yang berawal ketika mereka menjadi militer yang berprestasi sehingga Ali di angkat menjadi gubernur di Al-karaj dan dari sini lah ekpansi wilayah dinasti bani Buwaih dimulai. Ketika dinasti ini dinasti Abbasiyah sungguh seperti boneka oleh wajir-wajir bani buwaih. Pada waktu dinasti ini banyak bermunculan pemikir dan filusuf muslim seperti Al-farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih dan Ikhwan As shafa yang merupakan hasil peradaban pada waktu itu, bukan hanya di bidang ilmu pengetahuan tetapi juga pada pembangunan infrastruktur diantaranya pembangunan kanal-kanal, mesjid, rumah sakit dan produksi permadani. Tetapi setelah generasi pertama ini wafat, kekuasaan menjadi bahan rebutan diantara anak-anak dari Ali, Hasan dan Ahmad, mereka merasa lebih berhak memegang kekuasaan, ketika situasi seperti ini berbagai masalah bermunculan seperti bentroknya di tubuh militer antara militer dari Dailam dan militer keturunan Turki, bentroknya sunni syiah dan satu demi satu dinasti kecil memerdekakan diri dari Bagdad yang kemudian berakhirlah kekuasaan dinasti Bani Buwaih, yang berakar pada sibuknya berebutan kekuasaan sehingga berbagai masalah muncul dan tidak bisa di tangani.

Sejarah ini dapat kita ambil hikmahnya bahwa sifat rakus atas kekuasaan dan lemahnya memimpin akan menjadikan kemunduran bahkan kehancuran suatu negara. Kita lihat di Indonesia negara yang kita cintai ini, akhir-akhir ini berita memuat soal kejadian kisruhnya para anggota Dewan Perwakian Daerah yang tidak fokus bekerja, disibukan dengan perebutan kekuasaan di internal, bisa menyakinkan masyarakat bahwa DPD memang jauh dari harapan masyarakat. Dari kejadian ini timbul sebuah pertanyaan, apakah Indonesia akan bernasib seperti Bani Buwaih? Yang tidak bisa kita pungkiri bahwa saling berebutnya kekuasaan akan berujung tragis bagi bangsa.Satu-satunya jalan keluar agar Indonesia tidak bernasib buruk seperti runtuhnya Dinasti Buwaih adalah melalui kesadaran para pemimpin terutama DPD ini harus kembali pada jati dirinya sebagai perwakilan daerah yang menitikberatkan kepentingan daerah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Pesantren Anak Jalanan At-TamuR (Pesantren Anak Adam Jalan Menuju Tuhan)

Budaya Mengaji Selepas Maghrib oleh Agus Muhaemin

"Panggil Saja Aku INDONESIA!" oleh Rezi Fauzi Rahman