Dari jauh ku perhatikan anak itu. Ia terus saja duduk merenung. Jelas kalau ia sedang mempunyai masalah. Entah apa, kurasa aku harus bertanya. . “Hey, kau sehat?” tanyaku penasaran. “Yah, aku sangat sehat” jawabannya tanpa memalingkan muka. . “Ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan?” tanyaku tidak menyerah. “Entahlah. Ada yang berbeda dari tubuhku kini. Ia sehat, tapi terus merasa sakit. Ia baik, namun pikirannya tak berkutik”. Ujarnya . Aku membiarkan ia bercerita tentang perasaannya, tanpa memotong atau bertanya. Aku tau, ia butuh didengar, karenanya aku menunggu hingga ia melanjutkan. . “Rasanya ada dua kubu didalam tubuhku. Yang satu dengan kejahatannya yang kuberi nama nafsu. Yang satu dengan kebaikannya kuberi nama hati. Nafsuku yang sedang berkuasa didalam tubuh. Ia sering menyudutkan hati, bahkan kalau bisa, ia ingin membunuhnya” tambahnya panjang lebar. . “Kenapa kau yakin kalau nafsu mu yang bertkuasa? Apakah tubuhmu sekarang tak memiliki hati?